Jumat, 23 Oktober 2015

BAHASA JAWA - SERAT WEDHATAMA


PUCUNG
SERAT WEDHATAMA

[1] Ngelmu iku, kelakone kanthi laku,
Lekase lawan kas,
Tegese kas nyantosani,
Setya budya pangekese dur angkara.
Arti:
Ngelmu itu terlaksana dengan penghayatan,
Penerapannya harus dengan sungguh-sungguh,
Artinya,benar-benar dapat memberikan kesentosaan,
Dengan kesadaran yang kokoh untuk menaklukkan angkara murka.

[2] Angkara gung, neng angga anggung gumulung,
Gegolong nira,
Triloka lekere kongsi,
Yen den umbar ambabar dadi rubeda.
Arti:
Sifat angkara murka itu berada di dalam pribadi,
Sesuai dengan tingkatan Anda,
Ia meliputi tiga dunia,
Bilamana dibiarkan, akan mendatangkan malapetaka.

[3] Beda lamun, wus sengsem rehing asamun,
Semune ngaksama,
Sasamane bangsa sisip,
Sarwa sareh saking mardi martotama.
Arti:
Beda halnya, dengan yang sudah senang hidup di keheningan,
Wajahnya mencerminkan sebagai pemaaf,
Terhadap sesamanya yang berbuat kesalahan,
Senantiasa sabar dalam berupaya menjadi seorang pemurah.

[4] Taman limut, durgameng tyas kang weh limput,
Kerem ing karamat,
Karana karoban ing sih,
Sihing suksma ngrebda sahardi gengira.
Arti:
Sama sekali tidak tergoda, oleh rintangan hati yang lupa,
Telah tenggelam dalam keluhuran budi,
Karena memperoleh anugerah Tuhan,
Anugerah yang berlimpah ibarat gunung besarnya.

 [5] Yeku patut, tinulad-tulad tinurut,
Sapituduhira,
Aja kaya jaman mangkin,
Keh pramudha mundhi dhiri rapal makna.
Arti:
Manusia seperti itulah yang wajib diikuti,danDiindahkan semua petunjuknya,
Jangan seperti zaman sekarang,
Banyak kaum muda yang menyombongkan diri,
padahal kemampuanya sekedar menghafal.

[6] Durung pesus kesusu keselak besus,
Amaknani rapal,
Kaya sayid weton Mesir,
Pendhak-pendhak angendhak gunaning janma.
Arti:
Belum becus tergesa-gesa berlagak,
Menjelaskan kandungan yang diucapkan,
Gayanya bagaikan profesor dari Mesir,
Setiap kali meremehkan kepandaian orang lain.

[7] Kang kadyeku, kalebu wong ngaku-ngaku,
Akale alangka,
Elok Jawane den mohi,
Paksa langkah ngangkah met kawruh ing Mekah,
Arti:
Yang seperti itu, tergolong orang yang cuma mengaku,
Hasil pemikirannya tak ada,
Kebudayaan Jawanya dijauhi,
Memaksa diri melangkah menimba pengetahuan di Mekah.

[8] Nora weruh, rosing rasa kang rinuruh,
Lumeket ing angga,
Anggere padha marsudi,
Kana kene kahanane nora beda.
Arti:
Tidak tahu, bahwa sarinya rasa yang dicari itu,
Melekat dalam diri sendiri,
Asal diusahakan dengan sungguh-sungguh,
Di sana (Mekah) dan di sini (Jawa) tak ada bedanya.

[9] Uger lugu, denta mrih pralebdeng kalbu,
Yen kabul kabuka,
Ing drajat kajating urip,
Kayakang wus winahya sekar Srinata.
Arti:
Asal jujur, yang Anda lakukan untuk memperoleh kearifan,
Bilamana terkabul niscaya terbuka,
Derajat yang dihajatkan dalam hidup,
Seperti yang dipaparkan dalam kitab suci.

[10] Basa ngelmu, mupakate lan panemu,
Pasahe lan tapa,
Yen satriya tanah Jawi,
Kuna-kuna kang ginilut tri-pakara.
Arti:
Bicara tentang ilmu, harus berdasarkan penemuan,
Berhasilnya dengan perenungan,
Adapun bagi satria di Pulau Jawa,
Sejak dulu yang diusahakan dengan cermat itu tiga hal.

[11] Lila lamun, kelangan ora gegetun,
Trima yen ketaman,
Sak serik sameng dumadi,
Tri legawa nalangsa ing bathara.
Arti:
Rela dan tidak menyesal bila kehilangan,
Sabar bila terkena,
Sirik dari manusia lain,
Ikhlas dan berserah diri kepada Tuhan.

[12] Bathara gung, inguger graning jejantung,
Jenek Hyang Wisesa,
Sana pasenetan suci,
Nora kaya si mudha mudhar angkara.
Arti:
Tuhan Yang Mahaagung disemayamkan di puncak jantung,
Sehingga Tuhan Yang Mahakuasa rela,
Bersemayam di tempat suci,
Tidak seperti si orang muda yang menuruti hawa nafsunya.

[13] Nora uwus, kareme anguwus-uwus,
Uwose tan ana,
Mung janjine muring-muring,
Kaya buta buteng betah nganiaya.
Arti:
Tidak ada habisnya, gemarnya mengumpat-umpat,
Hakikatnya tidak ada,
Cuma marah-marah,
Seperti raksasa naik pitam dan senang menganiaya.

[14] Sakeh luput, ing angga tansah linimput,
Linimpet ing sabda,
Narka tan ana udani,
Lumuh ala hardhane ginawe gada.
Arti:
Segala kesalahan, di badan sendiri disembunyikan,
Ditutupi dengan berbagai dalih,
Mengira tak ada yang menelanjangi,
Enggan dikatakan jahat angkara murkanya dijadikan senjata.

[15] Durung punjul, kesusu keselak jujul,
Kaseselan hawa,
Cupet kapepetan pamrih,
Tangeh nedya anggambuh mring Hyang Wisesa.
Arti:
Belum memiliki kelebihan, tak mampu menampung ilmu,
Karena dipenuhi hawa nafsu,
Pikiran pendek tertutup pamrih,
Mustahil bila hendak mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa.

2 komentar: